kita, kami, kau, kalian, kita adalah sama=manusia




Kadang kita merasakan kehidupan itu sangatlah berat, penuh dengan lika-liku. Tapi kadang ada juga yang beranggapan bahwa hidup mereka sangatlah monoton, terlalu simple. Sebenarnya hal itu tergantung dari sudut pandang masing-masing individu terhadap perjalanan hidup mereka. Hidup mereka tak serumit yang mereka bayangkan atau tak sesimpel yang mereka hadapi. Sebenarnya semuanya sama bobotnya tinggal bagaimana penyikapan kita terhadap masalah yang sedang kita hadapi dalam hidup kita. Segalanya bisa kita buat simple, kita buat berat, semua bisa kita atur sedemikian rupa sehingga akan sesuai dengan keinginan kita. Itulah kita, manusia yang dibekali oleh akal pikiran oleh Sang Pencipta kita Tuhan Yang Maha Esa. Di lain pihak kita juga tidak bisa menilai pemikiran seseorang itu baik atau buruk, sombong atau tidak, benar atau salah. Sebenarnya semua itu adalah hal normatif kita hanya diberi rambu-rambu oleh hukum agama, moral, social dan hukum perundangundangan yang berlaku di Negara masing-masing. Asal tidak keluar dari rambu-rambu itu kita tidak berhak menyalahkan mereka walau tidak sesuai dengan apa yang ada dipikiran saya, kita, kami, atau mereka. Bagaimana seseorang bias dikatakan pamer/ riya atau apalah istilahnya yang menyangkut pandangan orang terhadap orang lain. Kita tidak bisa menjudge mereka melakukan semua itu, itu hanya sebuah subjektifitas semata, pandangan tiap pribadi berbeda, bias sama karena mungkin terkena sugesti dari keadaan lingkungan sekitar, menurut saya hal semacam itu hanya bisa dirasakan / disadari/ diketahui oleh subjek yang melakukan kegiatan tersebut dan Tuhan sebagai Sang Pencipta dan Penguasa makhluk hidup, pencipta sang Subjek tersebut. 


Dalam perjalanan hidup kita, kita dituntut untuk terus berpikir dan berpikir, belajar, belajar dan belajar. Seperti yang telah ditulis diatas mengenai  pola pikir seseorang itu yang bisa mempengaruhi  bagaimana mereka menjalani kehidupan mereka. Apakah  akan dibawa senag ataukah akan dibawa ke kondisi rumit. Yang saya maksud disini tentang hidup yang dibawa rumit, dibawa susah adalah melihat segala sesuatu dari sisi negatifnya. Misal kita sedang sakit, jika kita terus berfikir kita sakit badan tidak enak, itu akan semakin memperburuk keadaan kita. Pikirkanlah bahwa sakit kita adalah peringatan bahwa kita kurang menjaga kesehatan, sebagai intropeksi diri. Kadang kita merasa kita orang miskin, tak punya apa-apa, tapi ambil nilai positifnya karena memang kita tidak bias menanggung tanggung jawab kalau kita jadi kaya, bagaimana kita mempertangungjawabkan kepada Tuhan tentang rejeki yang kita dapat, kita gunakan untuk apa, kaya miskin itu adalah cobaan, bahkan menjadi orang kaya itu lebih berat seperti yang kita ketahui kita lebih banyak mengingat kepada sang pencipta, berdoa, ketika kita berada dalam kesusahan. Lalu bagaimana dengan sang kaya? Apa mwereka merasa tidak adil? Mereka merasa tanggung jawab mereka lebih? Tentu saja, dengan fsilitas duniawi yang diberikan lebih tentu kewajiban mereka lebih, zakat, sodaqoh, kurban, amal wajib mereka lakukan. Dan mereka juga seharusnya semakin bersyukur terhadap sang pencipta karena ,memberinya rejeki yang lebih dibandingkan dengan yang lain.  Intinya dengan segala kelebihan yang kita punya semakin bertambah pula kewajiban kita.  Bagaimana kita mau mengambil kesempatan itu dan mempertanggung jawabkan semua kesempatan yang telah diberikan.
Sempat pula berdiskusi dengan seorang teman, bagaimana seharusnya pandangan kita terhadap orang yang (maaf) cacat, baik secara fisik atau mental.  Walaupun kita atau khususnya saya bias bilang mereka itu sama, saya menganggap meraka itu sama seperti kita, mereka manusia, saya hanya menganggap perbedaan mereka itu hanya sebatas seperti rammbut kriting dan lurus, tinggi pendek, kurus gemuk, hitam putih. Hal itu bukanlah sesuatu yang seharusnya dilihat sebagai  keanehan, kejanggalan atau kekurangan. Hanya dilihat dari perbedaannya saja. Mereka berbeda tapi mereka sederajat dengan yang lain. Coba anda pikirkan, banyak orang yang dianggap berkebutuhan khusus pada faktanya mereka punya kelebihan dibanding kita.mereka punya indra peraba, pencium, perasa yang lebih dari kita, mereka punya keterampilan, kita juga harus adil menilai mereka bukan hanya dari kekurangannya namun dari kelebihan mereka juga.
 Sebenarnya kita sendiri yang membuat adanya kata cacat, kekurangan, cantik, jelek, ganteng, kita mensugesti diri kita tentang hal tersebut. Itu adalah sebuah kesepakatan yang kita buat untuk menilai seseorang.  Memang seharusnya kita bijaksana dalam menghadapi segala hal yang terjadi di kehidupan ini,, semuanya diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa, namun kita diberi pilihan untuk menjadikan hal tersebut suatu hal yang positif ataukah hal yang negative dalam kedepannya menjalani kehidupan ini. Ini tergantung pribadi masing2 dari kita.  

0 Response to "kita, kami, kau, kalian, kita adalah sama=manusia"

Posting Komentar